14.06
0
Model yang diterapkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri dengan subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X1 yang terdiri dari 38 siswa. Penelitian ini dilakukan dengan alur Penelitian Tindakan Kelas. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar siswa, lembar observasi aktivitas siswa, catatan lapangan, dan catatan harian peneliti. Data hasil belajar siswa dianalisis dengan perhitungan PPN (Perolehan Persentase Nilai).

Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran dengan model pembelajaran inkuir dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri pada siklus I diperoleh nilai rata-rata aktivitas belajar siswa 68,35 (kategori cukup), dan tingkat pencapaian hasil belajar fisika siswa dengan nilai rata-rata 61,52 dengan tingkat ketuntasan belajar 60,52% dari pengetahuan awal 31,77. Pada siklus II diperoleh nilai rata-rata aktivitas belajar siswa 80,92 (kategori tinggi), dan tingkat pencapaian hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata 69,54 dengan tingkat ketuntasan belajar 76,31% dari pengetahuan awal 24,057.

Berdasarkan peningkatan aktivitas belajar dan hasil siswa diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri pada materi pokok gerak lurus dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa, dan juga dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan perhatian dan minat siswa.

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun memerlukan suatu proses pembelajaran sehingga menimbulkan hasil atau efek yang sesuai dengan proses yang telah dilalui. Sumber daya manusia yang berpendidikan akan mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Usaha pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia salah satunya adalah dengan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan No. 22, 23, dan 24 tahun 2005.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan untuk mengatasi masalah yang terjadi di dunia pendidikan Indonesia, yaitu lemahnya proses belajar dan pelaksanaan pembelajaran yang masih didominasi oleh guru (teacher centered). Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran. Proses pembelajaran mata pelajaran sains, salah satunya fisika saat ini belum mampu mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir kritis dan sistematis. Dalam KTSP guru lebih leluasa merancang pengalaman belajar untuk setiap mata pelajaran sesuai dengan satuan pendidikan, karakteristik sekolah/daerah maupun karakteristik peserta didik. Demikian juga sistem penilaian yang dikembangkan disesuaikan dengan indikator untuk mata pelajaran tertentu.

sumber: http://pondokskripsi.wordpress.com
Comments
0 Comments

0 comments:

Posting Komentar